topbella

Saturday, December 25, 2010

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

        Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran ataupun persenyawaan kimia.
        Cara pemisahan dengan adsorbsi pada lapisan tipis adsorben yang sekarang dikenal dengan kromatografi lapis tipis (Thin Layer Chromatography atau TLC) telah dipakai sejak tahun 1983. Tekhnik ini bertujuan untuk memisahkan komponen kimia secara cepat berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi.TLC atau KLT dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion – ion anorganik, kompleks senyawa-senyawa organik dengan dengan senyawa – senyawa anorganik, dan senyawa-senyawa organik baik yang terdapat di alam maupun senyawa-senyawa organik sintetik .
          Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas adalah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat .
        Teknik standar dalam melaksanakan pemisahan dengan KLT ini adalah sebagai berikut : pertama kali lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca atau plat lain, misalnya berukuran 5 x 20 cm atau 20 x 20 cm. tebal lapisan adsorben tersebut dapat bervariasi, tergantung penggunaannya. Larutan campuran yang akan dipisahkan diteteskan pada kira – kira 1,5 cm dari bagian bawah plat tersebut dengan menggunakan pipet mikro atau syringe. Zat pelarut yang terdapat pada sampel yang diteteskan tersebut kemudian diuapkan lebih dulu. Selanjutnya plat kromatografi tersebut dikembangkan dengan dengan mencelupkannya pada tangki yang berisi campuran zat pelarut (solvent system). Dengan pengembangan tersebut masing–masing komponen senyawa dalam sampel akan bergerak ke atas dengan kecepatan yang berbeda. Perbedaan kecepatan gerakan ini merupakan akibat terjadinya pengaruh proses dengan KLT, mulai pemilihan adsorben sampai identifikasi masing – masing komponen yang telah terpisah. Kemudian dilakukan penampakan bercak dengan menggunakan penampak bercak UV 254, UV 366, dan asam sulfat 10%.

           Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian Kromatigrafi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
          Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
Penampakan noda pada UV 254 nm
b. Pada UV 366 nm
          Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.


c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
        Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

3 comments:

zakifikrii said...

kalau mau cari tinjauan pustakanya dimana gan?
mohon info nya
thanks b4

Unknown said...

nice info, thanks !

Unknown said...

apakah setiap dilakukan deteksi harus pada kedua UV ?

Post a Comment